Sedangkan untuk dapur terletak di arah barat daya dihitung dari sebelah kiri pintu masuk area rumah, karena menurut konsep Asta Kosala Kosali, tempat ini sebagai letak Dewa Api. Selain itu, hal unik yang perlu diketahui dari tradisi Asta Kosala Kosali ini adalah tentang sebuah arsitektur bangunan sebaiknya tidak melebihi tinggi pohon kelapa AstaKosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, merupakan tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. DalamAsta Kosala Kosali ini disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan sebuah rumah harus mengikuti aturan-aturan anatomi tubuh pemilik rumah dengan dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan rumah atau pura. Asta Kosala Kosali Fengshui Arsitektur Bali DiBali rumah-rumah dan bangunan lainnya selalu dibangun atas dasar aturan yang mengacu pada asta kosala kosali dan asta bumi. Aturan ini seperti aturan feng shui di Cina, namun spesifik untuk bangunan tradisional Bali saja. . Rumah yang nyaman akan membuat penghuninya kerasan, lebih produktif, dan sehat. Namun, adakalanya rumah yang sudah dibangun dengan begitu mewah, megah, bahkan sudah memenuhi kriteria ruang yang sehat dan nyaman, malah tidak dapat membuat penghuninya merasa kerasan tinggal di dalamnya karena berbagai sebab, misalnya suasana ruangan yang terasa dingin, kosong, tidak akrab, dan sejenisnya. Hal ini rasa kenyamanan ruangan-ruangan dalam sebuah rumah tidak hanya terbangun berdasarkan wujud fisik arsitektural bangunan semata, tetapi aspek tanah yang menjadi tempat di mana bangunan rumah itu berdiri juga turut menentukan. Sehingga pemilihan tanah yang tepat ikut menjadi faktor penentu kualitas hunian rumah itu pada akhirnya. Banyak sekali kriteria bagaimana cara memilih tanah yang tepat. Masyakarat dunia barat memiliki kriteria bagaimana memilih tanah yang tepat untuk hunian mereka. Masyakarat dunia timur jauh juga memiliki patokan kriteria sendiri berdasarkan ilmu arsitektur kuno warisan nenek moyangnya, yaitu Ilmu Fengshui. Demikian pula di Indonesia, masyarakat Indonesia juga memiliki banyak kriteria pemilihan tanah yang tepat untuk mendirikan rumah berdasarkan kearifan lokal masing-masing. Dalam artikel kali ini saya memilih menulis tentang pemilihan tanah untuk membangun rumah berdasarkan Asta Kosala Kosali, yang merupakan kearifan lokal masyarakat Bali dalam mendirikan bangunan. Kriteria memilih tanah untuk bangunan rumah berdasarkan kearifan lokal suku-suku lainnya di Indonesia akan ditulis pada artikel lain. Asta kosala kosali merupakan pedoman petunjuk dalam budaya masyarakat Bali dalam mengatur atau menata lahan, baik untuk bangunan suci maupun bangunan rumah tinggal yang di dalamnya mengatur ukuran, simbol-simbol, desain, sampai tata ruang bangunan. Tanah yang Baik Dalam asta kosala kosali, ada lima kriteria tanah yang baik untuk hunian rumah tinggal, yaitu Menemu Labha, adalah tanah yang miring ke arah timur. Artinya, bagian tanah di sisi timur lebih rendah daripada bagian tanah di sisi barat. Tanah ini sangat ideal untuk dipergunakan sebagai tempat mendirikan bangunan karena sinar matahari dapat menyinari bangunan, vegetasi, dan makhluk hidup di atasnya sepanjang hari. Tanah jenis ini dalam kearifan lokal masyarakat Bali dipercaya membawa keberuntungan dan umur panjang. Manemu Labha Paribhoga Wredhi, adalah tanah yang miring ke utara. Artinya bagian tanah di sisi utara lebih tinggi daripada bagian tanah di sisi selatan. Tanah ini juga sangat ideal untuk bangunan tempat tinggal karena diyakini membawa pengaruh baik dan kemakmuran yang melimpah bagi penghuninya. Paribhoga Wredhi Karang Dewa Ngukuhin, adalah tanah atau pekarangan yang apabila dimasuki akan memberikan rasa asri, damai, tentram, dan tenang. Tanah ini cukup baik untuk digunakan mendirikan bangunan di atasnya karena diyakini membawa ketentraman dan ketenangan batin serta kedamaian. Karang Dewa Ngukuhin Karang Prekanti, adalah pekarangan yang apabila tanahnya dicangkul sedalam kira-kira 30 cm akan mengeluarkan bau pedas lalah1. Tanah ini juga baik untuk digunakan mendirikan bangunan karena diyakini mendatangkan kebahagian dan persahabatan. Pekarangan Datar, adalah pekarangan yang datar atau landai, dengan tempat di sekelilingnya tidak ada yang berbukit atau miring2. Tanah ini rata dengan jalan atau pusat kota3. Tanah ini juga relatif baik digunakan untuk membangun hunian, tetapi tidak sebaik dan seideal tanah nomor 1 – 3 di atas. Pekarangan Datar Tanah yang Tidak Baik Dalam asta kosala kosali, ada sembilan kriteria tanah yang tidak baik untuk hunian rumah tinggal, yaitu Karang Manyelengking, yaitu dua keluarga yang berbeda golongan bukan satu keluarga menjadi penghuni dalam satu lokasi tanah atau pekarangan dalam satu batasan pagar. Dalam kearifan lokal masyarakat Bali, diyakini hal ini akan mendatangkan marabahaya bagi penghuninya, misalnya penghuni rumah sering sakit. Karang Boros Wong, yaitu lahan atau pekarangan dengan dua buah pintu masuk atau keluar berukuran sama dalam posisi sejajar pada satu bidang sisi. Lahan seperti ini diyakini akan mendatangkan kesulitan ekonomi, kekurangan, dan rasa panas bagi penghuninya. Karang Suduk Angga, yaitu tanah yang terkena air hujan dari atap bangunan orang lain, terkena air limbahan bangunan orang lain, atau kemasukan akar tanaman dari tanah di sebelahnya tanah yang berbatasan. Diyakini bahwa tanah seperti ini akan menyebabkan kesehatan penghuninya terganggu. Karang Melekpek, yaitu tanah yang apabila dimasuki membawa hawa panas yang terus-menerus. Tanah seperti ini diyakini mendatangkan hawa pertikaian, ketidaktenangan, dan terganggunya kesehatan. Karang Ucem, lokasi tanah yang terlihat kusam, kotor, dan tidak bercahaya. Disebut pula dengan pekarangan yang hitam. Tanah seperti ini tidak baik untuk bangunan rumah. Karang Miring ke Barat, yaitu tanah atau pekarangan dengan bagian tanah di sisi timur lebih tinggi daripada bagian tanah di sisi barat. Tanah seperti ini diyakini dapat membuat kesehatan penghuninya terganggu. Karang Miring ke Selatan, yaitu tanah atau pekarangan dengan bagian tanah di sisi selatan lebih tinggi daripada bagian tanah di sisi utara. Tanah seperti ini tidak baik digunakan untuk mendirikan bangunan karena diyakini dapat menyebabkan penghuninya terus-menerus diserang desti reluh terang jana4. Karang Berbau, yaitu tanah atau pekarangan yang berbau tidak sedap, memiliki rasa manis dengan tanah berwarna hitam. Tanah seperti ini dianggap berbahaya sehingga tidak boleh digunakan untuk mendirikan bangunan tempat tinggal. Karang Bhaya, yaitu lokasi tanah atau pekarangan dimana pada lokasi tersebut yang sering dijumpai ceceran darah mentah tanpa sebab yang jelas. Tanah seperti ini dianggap sangat berbahaya sehingga sangat tidak disarankan untuk digunakan sebagai tempat membangun rumah. Tanah yang Cacat Dalam asta kosala kosali, ada sembilan kriteria tanah yang sebenarnya dapat digunakan untuk hunian rumah tinggal tetapi kondisinya masih kurang baik sehingga harus diperbaiki agar dapat difungsikan untuk hunian, yaitu Karang Sandang Lawe, yaitu lokasi tanah atau pekarangan yang pintu keluar masuknya berhadapan dengan pertigaan jalan, istilah lainnya adalah tanah atau pekarangan tusuk sate. Tanah seperti ini dianggap akan membuat kesehatan penghuninya terganggu sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara menggeser pintu keluar masuknya ke kiri atau kanan agar tidak berhadapan lurus dengan pertigaan jalan. Karang Sula Nyupi Karang Apit Yuyu, yaitu tanah atau pekarangan yang pada semua sisinya dikelilingi dilingkari oleh jalan umum, gang, atau sungai. Tanah seperti ini dalam kearifan lokal masyarakat Bali diyakini mendatangkan kesialan dan hawa panas. Cara mengatasinya kalau ingin mendirikan bangunan di tanah seperti ini adalah dengan membuat dua buah Pelinggih Padma Capah menghadap ke arah jalan dari pekarangan yang dilingkari5. Karang Kuta Kabanda Karang Apit Rurung, yaitu tanah atau pekarangan yang diapit oleh jalan pada kedua sisinya, baik itu samping kanan dan kiri tanah maupun di muka dan belakang tanah. Tanah seperti ini dalam kearifan lokal masyarakat Bali dianggap dapat membawa bencana. Cara mengatasinya agar dapat digunakan untuk membangun hunian adalah dengan membangun tempat usaha pada salah satu sisinya, dan pada sisi lainnya yang berbatasan dengan jalan digunakan sebagai lahan sisa. Antara lahan sisa dengan lahan pekarangan diberi batas berupa pagar tembok. Karang Teledu Nginyah, yaitu tanah atau pekarangan yang terletak di samping Karang Sandang Lawe kosong, atau berhadapan dengan pertigaan saluran air. Tanah seperti ini sangat baik digunakan sebagai rumah tinggal seorang dukun atau balian, tetapi tidak baik digunakan untuk membangun rumah tinggal bagi masyarakat biasa karena dianggap dapat mendatangkan gangguan kesehatan dan kesusahan hidup. Cara mengatasinya adalah dengan membangun sebuah tugu di pertigaan saluran air tersebut. Tugu ini dalam prinsip asta kosala kosali adalah sebagai sarana penangkal tolak bala. Karang Grah, yaitu tanah atau pekarangan yang lokasinya bersebelahan sebelah timur atau utara dengan Pura Kahyangan Tiga, Dang Kahyangan, dan Sad Kahyangan. Tanah seperti ini dianggap dapat mendatangkan bahaya, ketidaktentraman, dan hawa panas. Cara mengatasinya adalah dengan memberi jarak berupa jalan umum atau gang atau tanah seperti ini digunakan sebagai tempat usaha baik berupa bangunan usaha atau lahan usaha seperti perkebunan. Karang Negen Amada-mada Bharata, yaitu dua bidang tanah atau pekarangan dengan letak saling berhadapan dengan dibatasi jalan raya pada bagian tengahnya, yang dimiliki oleh satu keluarga. Tanah seperti ini dianggap dapat membawa gangguan kesehatan dan kesedihan. Cara mengatasinya adalah tidak membangun bangunan yang fungsinya sama, misalnya kedua-keduanya digunakan untuk membangun rumah tinggal. Sehingga kalau pekarangan yang satu sudah digunakan untuk membangun rumah tinggal, maka pekarangan satunya yang di sebarang jalan sebaiknya digunakan sebagai area usaha, apakah itu toko, kontrakan, atau perkebunan. Karang Tumbak Tembok, yaitu tanah atau pekarangan yang pintu keluar masuknya berhadapan dengan tembok pekarangan orang lain. Cara mengatasinya adalah dengan membuat lorong atau jalan keluar masuk yang tidak berhadapan dengan tembok pekarangan orang lain. Karang Naga Sesa Karang Apitan, yaitu tanah atau pekarangan yang letaknya diapit oleh pekarangan orang lain di kanan kirinya dimana dua pekarangan yang mengapit itu dimiliki oleh satu mengatasinya adalah dengan memberi jarak/gang kecil pada perbatasan tanah atau pekarangan. Karang Emet Karang Lebah Paraning Banyu, yaitu tanah atau pekarangan yang lebih rendah dari pekarangan lain sehingga dapat dibanjiri air. Cara mengatasinya adalah dengan membuat saluran drainase atau got pada batas pekarangan. Demikianlah sekelumit tulisan mengenai cara memilih tanah yang baik untuk bangunan rumah berdasarkan prinsip Asta Kosala Kosali. Catatan Kaki 1 lihat Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Udayana University Press. 2008. hlm. 46 2 lihat Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Udayana University Press. 2008. hlm. 45 3 lihat 4 lihat Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Udayana University Press. 2008. hlm. 49 5 lihat Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Udayana University Press. 2008. hlm. 53 Referensi Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Udayana University Press. 2008. Asta Kosala Kosali, Fengshui Tata Ruang & Bangunan Bali Hits 13119 Related 2015-10-03 Leave a Reply Jakarta - Bali memang unik dan menarik. Bali bukan hanya kaya budaya dan seni, tapi juga di bidang perumahan dan arsitektur terutama rumah adat. Selain berfungsi selain sebagai tempat tinggal, warga Bali membangun rumah adat mereka dengan aturan yang disebut Asta Kosala Kosali, yakni aturan tata letak ruangan dan bangunan layaknya fengshui dalam budaya Cina. Seperti halnya fengshui, Asta Kosala Kosali juga mengatur tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk rumah tinggal atau tempat beribadah yang didasarkan pada Sembilan Penguasa Nawa Sanga di setiap penjuru mata angin dengan Dewa Siwa sebagai titik pusatnya. Bila kita menengok ke dalamnya, pada umumnya arsitektur rumah tradisional Bali ini selalu dipenuhi hiasan seperti patung. Warga Bali memproduksi sendiri berbagai perlengkapan yang juga digunakan untuk ritual keagamaan mereka. Pacar Leonardo DiCaprio Kenakan Gaun Pengantin di Karpet Merah Oscar 2020 Nikmati Keindahan Pulo Cinta Gorontalo, Warna Baju Marshanda Jadi Sorotan Cita Rasa Mi Ayam Tumini, Sajian Legendaris di Yogyakarta Selain itu, konsep tata ruang Asta Kosala Kosali ini dilandasi oleh delapan hal, yakni keseimbangan kosmos antara manusia, alam dan sang pencipta, hierarki tata nilai, arah mata angin, ruang terbuka, proporsi dan skala ruang, kronologis dan prosesi pembangunan, kejujuran struktur dan kejujuran dalam menggunakan material. "Asta Kosala Kosali ini kita diajarkan berkaitan dengan bagaimana membangun itu dapat mencapai keharmonisan dan keseimbangan yang meliputi alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Singkatnya, ini adalah pedoman membangun mencapai keharmonisan dan keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan," ucap I Nyoman Nuri Arthana, sebagai Dosen Arsitektur Universitas Warmadewa, dalam seminar virtual Arsitektur Bali - Tradisi dan Kekinian, Kamis, 18 Februari 2021. Uniknya, dimensi pengukuran rumah tidak menggunakan meteran, melainkan aturan-aturan anatomi tubuh seperti tangan, jari, lengan, dan kaki dari pemilik rumah. Lalu dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan rumah atau pura, sehingga dipercaya akan menciptakan ruang yang proporsional dan ikatan antara pemilik dan bangunan rumah. Nuri menambahkan, bahwa meletakkan bangunan itu adalah untuk mencapai kenyamanan dan keamanan. Arsitektur Bali punya karakteristik yang khas menggunakan budaya kuno dan kesenian pada setiap elemen desain arsitekturnya. Selain itu, desain ini sangat dipengaruhi kentalnya tradisi Hindu Bali, dan sentuhan unsur Jawa kuno. "Tanah menurut tradisi Asta Kosala Kosali yang cocok dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara," kata Nuri. Saksikan Video Pilihan di Bawah IniPuja Mandala pusat peribadatan ini dibangun 1994 di Nusa Dua,Bali. di tempat ini lima tempat ibadah berdiri kokoh karena umatnya menjunjung tinggi toleransi beragama. Asta kosala kosali dan asta bumi merupakan salah satu pedoman umat Hindu Bali dalam membangun rumah dan kita tau, rumah adat Bali memang memiliki desain arsitektur khusus. Bangunannya memiliki struktur, fungsi, dan penggunaan ornamen turun-temurun. Pakem yang selalu digunakan masyarakat Bali sebagai konsep tata bangunan adalah asta kosala kosali dan asta bumi. Banyak keunikan dan hal menarik yang tersirat dari asta kosala kosali dan asta Jurnal Maha Widya Duta bertajuk Arsitektur Bali Berkonsep Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi sebagai Daya Tarik Wisata’, asta kosala kosali adalah fengshui-nya Bali. Dalam hal ini asta kosala kosali berisi tentang cara, tata letak, dan tata bangunan dalam membangun rumah atau peribadatan di tempat diatas harus dilandasi dengan filosofis, etis, dan ritual serta memperhatikan konsep perwujudan, pemilihan lahan, hari baik mendirikan suatu bangunan, dan pelaksanaan terpisah, asta kosala kosali adalah aturan tentang bentuk niyasa simbol pelinggih. Simbol ini meliputi ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih tingkatan, dan asta bumi diartikan sebagai perantara keselarasan kehidupan manusia dan alam. Asta bumi berisi tentang aturan luas bangunan pura atau Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi Berkaitan dengan sejarah munculnya asta kosala kosali dan asta bumi, terdapat beberapa Muncul pada Abad 9 Berkaitan Prasasti BebetinPada abad ke-9, asta kosala kosali telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan pada data Prasasti Bebetin Berangka 818 Saka 896 M. Kala itu, Bali telah dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional Bali. Arsitek disana dikenal dengan sebutan Dikaitkan pada Zaman MajapahitVersi kedua, dalam jurnal Waha Widya Duta, Ida Pandita Dukuh Samyaga menuturkan perkembangan arsitektur bangunan Bali tak lepas dari peran tokoh Bali Aga zaman abad ke-11 tepatnya zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu, dua tokoh bernama Kebo Iwa dan Mpu Kuturan mewarisi landasan pembangunan arsitektur Lahan dan BangunanDalam penataan lahan dan bangunan di Bali, memang tidak bisa sembarangan. Banyak aturan yang harus diperhatikan baik-baik demi kelancaran pembangunan. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan lahan dan Posisi Lahan Tidak Bisa Sembarangan Membangun rumah di Bali tidak bisa di sembarang tempat loh. Ada beberapa pantangan yang harus dihindari oleh masyarakat Bali saat mendirikan sebuah bangunan. Salah satunya posisi tanah. Berikut ini tanah yang perlu dihindari sebagai lokasi Karang karubuhan jalanb. Karang sandang lawe pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalanc. Karang sulangapi karang yang dilingkari oleh lorong/jaland. Karang buta kabanda karang yang diapit lorong/jalane. Karang teledu nginyah karang tumbak tukadf. Karang gerah karang di hulu kahyangang. Karang tengeth. Karang buta salah wetui. Karang boros wong dua pintu masuk berdampingan sama tinggij. Karang suduk angga karang manyelekingk. Tanah berwarna hitam, legam, berbau diatas bisa saja digunakan untuk didirikan bangunan. Namun, perlu dilakukan upacara keagamaan tersendiri. Nantinya dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara Posisi Lahan yang Baik untuk BangunanPosisi tanah yang bagus untuk didirikan bangunan adalah tanah dengan posisi miring lebih rendah ke timur sebelum direklamasi. Namun, posisi bangunan tetangga dan tanah sisi utara harus lebih di pinggir jalan, posisi tanah alangkah baiknya di peluk jalan. Ditambah lagi terdapat air di sebelah selatan. Perlu dicatat, air bukan dari sungai yang mengalir deras melainkan aliran sedang. Posisi sungai pun harus memeluk letak tanah, tekstur tanah juga perlu diperhatikan. Tanah yang berwarna kemerahan dan tidak berbau sangat cocok untuk didirikan bangunan. Gimana cara ngujinya?Sobat MI tinggal ambil tanah dan gengam lalu buang. Jika tanah terurai maka tekstur tanah tersebut bagus. Cara lain, bisa dengan melubangi tanah sedalam 40 cm persegi dan ditimbun dengan tanah galian tadi. Jika lubang penuh atau tidak ada sisa tanah timbunan maka tanah tersebut sebaliknya, jika lubang tidak bisa tertutup rapat oleh tanah galian tadi, bisa dikatakan tanah tersebut tidak baik untuk didirikan bangunan. Konon tanah dengan ciri-ciri tersebut tergolong asta kosala kosali, pilihlah tanah yang berada di utara jalan karena lebih mudah melakukan penataan Juga Arsitektur Rumah Bumi Pasundan, Rumah Adat Badak Heuay!3. Pengukuran Bangunan Menggunakan Anatomi Tubuh Jika umumnya masyarakat mengukur lahan bangunan menggunakan alat meteran, tidak dengan masyarakat tradisional Bali. Mereka menggunakan anatomi tubuhnya sebagai alat ukur. Ini dia cara pengukuran ala masyarakat Acengkang AlengkatPengukuran satu ini menggunakan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan dengan kedua jari AgamelAgamel, pengukuran tradisional yang dilakukan dengan cara mengepalkan AguliKonsep pengukuran aguli diukur dari ruas tengah jari AkacingAkacing adalah pengukuran yang dilakukan dari pangkal hingga ujung jari kelingking tangan AlekJika pengukuran akacing dari ujung ibu jari hingga ujung kelingking, alek hanya sampai ujung jari AmustiAmusti dilakukan dengan pengukuran dari ujung ibu jari hingga pangkal telapak tangan yang Atapak BatisPengukuran ini sering ditemui juga di masyarakat umum, terutama Jawa. Atapak batis diukur mulai sepanjang telapak Atapak Batis NgandangPengukuran atapak batis nyandang masih sama dengan atapak batis yang menggunakan perantara telapak kaki. Perbedaannya, atapak batis nyandang diukur selebar telapak Atengen Depa AgungKonsep pengukuran atengen depa agung, dilakukan dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang Atengen Depa AlitPerbedaan pengukuran ini dengan atengen depa agung adalah di posisi jari tangan. Pada atengen depa alit, ujung tangan AuseranAuseran diukur dari pangkal ujung jari telunjuk yang ditempatkan pada suatu Duang JerijiPengukuran duang jeriji dilakukan dengan lingkar dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah yang Petang JerijiKalau pengukuran satu ini diukur dari lebar empat jari yang dirapatkan. Jari yang dimaksud adalah telunjuk, jari tengah, jari manis, dan SahastaPengukuran yang dilakukan dari siku sampai pangkal telapak tangan yang Atampak LimaKonsep pengukuran yang terakhir atampak lima. Atampak lima diukur mulai selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari Bahan Bangunan yang DigunakanPemilihan bahan bangunan rumah dan sejenisnya harus selektif. Jika asal memilih bahan bangunan, umat Hindu percaya akan terjadi musibah pada keluarga penghuni bangunan tersebut. Berikut ini tantangan terkait bahan bangunan yang tidak boleh digunakana. Bramasesa tidak boleh memakai bahan material sisa kebakaranb. Nguringwapke memakai bekas bahan bangunan yang roboh tanpa sebab yang jelasc. Poman pamali menggunakan kayu yang berada di jurangd. Anepiluwah menggunakan kayu yang berada di tepi sungaie. Sesawadung memakai kayu sisa dari tebangan terdahuluf. Candragni memakai kayu yang berada di tempat ibadah keluargag. Bhutagraha kayu yang diambil dari kuburanh. Pamali wates mengambil kayu dari pembatas pekarangani. Asurigrha kayu yang diambil dari tepi danauj. Bhutangandang kayu yang diambil dari pohon yang melintang di jalank. Ngayut dana pohon yang diambil dari aliran sungail. Sinar begelap kayu yang diambil dari pohon yang tumbang akibat sambaran petirPembagian Ruang BangunanTernyata, ruangan rumah di Bali tidak dijadikan dalam satu bangunan melainkan terpisah. Hal ini ditujukan untuk memberikan fungsi tertentu terhadap masing-masing ini bagian-bagian yang ada di dalam rumah Angkul-angkulAngkul disini fungsinya seperti Candi Bentar pada Pura, yaitu sebagai gapura jalan Aling-alingAling-aling berfungsi sebagai pengalih jalan masuk. Tujuannya agar jalan masuk tidak lurus ke dalam tapi menyamping. Hal ini ditujukan supaya pandangan orang diluar angkul tidak langsung tertuju ke dalam Umah MetenRuangan ini biasanya ditujukan untuk kepala Juga Elemen Rumoh Aceh dan Keunikannya!4. Bale SakepatBale sakepat digunakan sebagai tempat istirahat anggota keluarga yang masih Bale TiangNah, untuk tamu biasanya akan diarahkan ke ruangan bale tiang. 6. PamerajanTempat ini digunakan sebagai tempat upacara. Setiap keluarga pasti memiliki pamerajan. Biasanya diposisikan di sebelah timur laut pada sembilan petak pola Bale DanginBale dangin lebih bersifat terbuka dan digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti membuat kerajinan rajut dan PaonPaon sama halnya dengan dapur. Tempat ini digunakan untuk kegiatan LumbungHasil panen keluarga akan disimpan di lumbung. Hasil panen tersebut meliputi padi dan aneka hasil dia serba serbi asta kosala kosali dan asta bumi yang perlu sobat MI tau. Lestarikan selalu budaya yang ada di Indonesia ya!Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya sobat MI. Caranya gampang kok dengan klik sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di website dan akun sosial media Mengenal M H S. 2016. Asta Bumi dalam Perspektif Sejarah Studi Kasus Kota di Kecamatan Cakranegara Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. J Paedagoria 131 64-79Suryawan, IG A J. 2019. Arsitektur Bali Berkonsepkan Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi sebagai Daya Tarik Wisata. J Maha Widya Duta 31 35-45AuthorRecent Posts Keunikan Bali tak hanya terletak pada wisata, seni, dan budayanya, tapi juga mencakup bidang arsitektur bangunan baik itu tempat tinggal maupun rumah adat. Ketika berkunjung ke area pemukiman, Anda tentu pernah melihat betapa memesonanya rumah-rumah khas Pulau proses pembangunan rumah khas Bali tidak sembarangan. Mereka menerapkan Asta Kosala Kosali sebagai aturan mengenai tata letak ruangan dan bangunan sesuai landasan filosofis, etis, dan ritual. Bisa dibilang ini semacam fengshui versi dalam Asta Kosala Kosali juga menjadi pedoman bagi undagi, sebutan bagi arsitek tradisional Bali yang tidak hanya mumpuni dalam ilmu rancang bangun, tapi juga memahami seni, budaya, adat, dan apa aturan Asta Kosala Kosali diterapkan dalam pembangunan rumah di Bali?Pada dasarnya Asta Kosala Kosali adalah konsep tata ruang tradisional Bali berdasarkan konsep keseimbangan kosmologis Tri Hita Karana, hierarki tata nilai Tri Angga, orientasi kosmologis Sanga Mandala, ruang terbuka natah, proporsional dengan skala, kronologis dan prosesi pembangunan, kejujuran struktur, dan kejujuran pemakaian dari aturan ini adalah penataan bangunan bukan diukur berdasarkan ukuran tubuh pemilik rumah seperti berikutAcengkang diukur dari ujung telunjuk sampai ujung ibu jari tangan yang diukur keliling tangan yang diukur ruas tengah jari diukur pangkal sampai ujung jari kelingking tangan diukur pangkal sampai ujung jari tengah tangan diukur ujung ibu jari sampai pangkal telapak tangan yang batis diukur sepanjang telapak batis ngandang diukur selebar telapak Depa Agung diukur dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang Depa Alit diukur dari pangkal lengan sampai ujung tangan yang diukur dari pangkal ujung jari telunjuk yang ditempatkan pada suatu jeriji diukur lingkar dua jari jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkanPetang jeriji diukur lebar empat jari telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking yang diukur dari siku sampai pangkal telapak tangan yang lima diukur selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari Kosala Kosali juga berisi pengetahuan tentang ajaran hakikat bagi seorang undagi, kewajiban yang harus dipatuhi undagi, dewa pujaan seorang undagi Bhatara Wiswakarma, ukuran-ukuran yang digunakan, dan menjadi pedoman undagi dalam bekerja untuk merancang bangunan, teknik pemasangan bahan bangunan, tata cara mengukur luas bangunan, jenis-jenis bangunan tradisional Bali, sesajen yang digunakan pada saat upacara bangunan, dan mantra-mantra mengikuti aturan tersebut, maka bangunan tersebut dipercaya akan memberikan keseimbangan kehidupan bagi penghuni rumah dengan lingkungan di sekitar pekarangan."Asta Kosala Kosali ini kita diajarkan berkaitan dengan bagaimana membangun itu dapat mencapai keharmonisan dan keseimbangan yang meliputi alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Singkatnya, ini adalah pedoman membangun mencapai keharmonisan dan keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan," ujar I Nyoman Nuri Arthana, Dosen Arsitektur Universitas Warmadewa, seperti dikutip Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan di Bali tak lepas dari peran tokoh sejarah Bali Aga dan zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke-11 atau pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu banyak mewarisi landasan pembangunan arsitektur dalam lontar Asta Bhumi dan Asta Kosala Kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur, Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspedisi Gajah Mada ke Bali abad ke-14 juga turut mewarnai kekayaan arsitektur Gunung Kawi, Situs Purbakala Peninggalan Dinasti Udayana di BaliBagaimana Asta Kosala Kosali bekerja?Cara kerja Asta Kosala Kosali bisa dibilang benar-benar detail dan mengikat. Aturannya bahkan berlaku pada pemilihan tanah, penataan sesuai kondisi, tata letak, hingga pintu memilih tanah untuk bangunan diusahakan yang miring ke timur atau utara, pelemahan datar asah, pelemahan inang, dan pelemahan marubu lalah berbau pedas. Adapun tanah yang harus dihindari sebagai lokasi membangun rumah yaitu tumbak rurung atau jalan, pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan, karang yang dilingkari lorong, karang diapit lorong, karang di hulu Kahyangan, dua pintu masuk berdampingan sama tnggi, dan tanah hitam legam juga berbau yang dianggap tidak baik itu tetap bisa dibangun rumah tetapi harus diadakan upacara agama dan dibuatkan palinggih yang dilengkapi upacara energi di rumah lebih positif, biasanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya bangunan yang terletak di timur lantainya lebih tinggi karena menurut masyarakat Bali, bagian timur dianggap sebagai hulu yang disucikan. Selain itu, dapur berada di arah barat yang sesuai dengan letak Dewa Api, dan sumur atau lumbung padi di timur atau utara dapur karena melihat posisi Dewa pintu masuk juga penting untuk menangkap Dewa Air sebagai sumber rejeki . Jika pintu masuk lebih dari satu, lebar dan tinggi pintu masuk utama, pintu lain, dan tinggi lantai pun tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama yang berbentuk gapura atau angkul-angkul harus lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garasi. Jika dibuat sama maka efeknya akan kurang menguntungkan bagi penghuni rumah karena dipercaya akan berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

asta kosala kosali pintu rumah